1. bra·vo 1 (bräv, brä-v)
Used to express approval, especially of a performance.
2. bra·vo 2 (bräv)
Begitu pantas dan cepatnya gerak kerja SPRM ini dan dapat 'conclude' siasatan dalam masa kurang dari satu bulan. Betapa kita juga melihat tahap kecekapan yang sama bila SPRM (ataupun 'predecessor'nya, BPR) menyiasat kes-kes sebelumnya. Betapa kita ingin melihat kecekapan yang sama semasa beberapa tuduhan rasuah dilemparkan kepada bekas MB, Dr Mohd Khor Toyo dulu. Tuduhan ke atas MB Selangor sekarang adalah 'peanut' dan mungkin hanya boleh dianggap satu kesilapan 'teknikal' yang cuba diambil kesempatan oleh pembangkang di Selangor sekarang.
Berapa banyak lagi kes-kes rasuah 'mega' yang melibatkan berbagai-bagai lapisan dalam jentera kerajaan. Cara pemberian kontrak dalam Kementerian Pertahanan misalnya masih tidak sunyi dari menimbulkan persoalan tentang 'transparency'nya sejak bekas Menteri Pertahanan dulu hinggalah Menteri Pertahanan sekarang, dan Kementerian ini adalah merupakan antara yang paling besar perbelanjaannya. Mungkin itulah sebabnya kita lihat pegawai-pegawai atasan hidup begitu mewah, tetapi keadaan pegawai bawahan amat menyedihkan, terutamanya bila mereka pencen. Biasanya pegawai bawahan ini kemungkinan besar akan menjadi jaga sahaja selepas pencen.
Bekas MB Selangor ini begitu cepat meminta supaya Tan Sri Khalid meletakkan jawatan sebagai MB Selangor selepas kenyataan SPRM dikeluarkan tentang isu ini. Tiba-tiba bekas MB ini bercakap bagaikan seorang yang terlalu suci dan bersih dari sebarang rasuah. Rakyat negeri Selangor juga masih menantikan jawapan kenapa beliau boleh membelanjakan RM40 juta untuk rumah dan kelab eksklusif exco kerajaan negeri di Seksyen 7, dan jika diambil purata bilangan exco bermakna bahawa perbelanjaan untuk seorang exco ialah sebanyak RM4 juta. Dalam masa yang sama kita lihat masih ramai kanak-kanak dari Sabak Bernam yang berkeliaran menjual kerepek di restoran-restoran di Shah Alam di waktu malam bagi membantu keluarga mereka. Seorang kawan yang pernah bertugas di Corporate Communication di sebuah syarikat pembinaan terkemuka Malaysia pernah melabelkan bekas MB ini sebagai 'thick skin'. Saya tidak begitu faham apa maksudnya, tapi semasa itu syarikat ini baru saja menyiapkan projek empangan Sungai Selangor (Sungai Selangor Dam). Presiden Persatuan Komtraktor Melayu, Datuk Roslan Awang Chik pernah menyatakan bahwa industri pembinaan negara kita dibelenggu rasuah dan sogokan berlaku di pelbagai peringkat dari pemberian lesen, tender, rundingan hinggalah projek siap.
Kita juga masih lagi menunggu-nunggu hasil siasatan ke atas kes-kes mega lain seperti pembelian bangunan TH Selborn dan TH Perdana yang 60% melebihi nilai yang disyorkan oleh Jabatan Penilaian & Perkhidmatan Harta, Kementerian Kewangan. Para nelayan yang menyabung nyawa setiap hari di laut, penoreh getah yang bangun di pagi hari untuk mencari rezeki dan golongan marhaen lain tentunya inginkan jawapan kenapa duit yang mereka simpan beberapa ringgit setiap bulan di dalam Tabung Haji itu digunakan untuk membayar RM270 juta kepada Maju Holdings untuk bangunan TH Perdana (sedangkan harta nilaian JPPH hanyalah RM152 juta), dan RM166 juta untuk Swasta Setia Holdings untuk bangunan TH Selborn (sedangkan harga nilaian hanyalah RM117 juta). Purata pembayaran kepada kedua-dua syarikat ini adalah melebihi 60% dari harga yang dinilaikan. Setakat manakah tahap penyiasatan kes-kes ini sekarang?
Rakyat juga ingin tahu perkembangan penyiasatan ke atas lebih 900 kes politik wang yang telah dilaporkan, juga dengan status kes salah-laku yang melibatkan seorang anggota kabinet seperti yang telah dilaporkan dahulu oleh bekas ketua Gerak, Ezam Mohd Nor. Begitu juga dengan banyak lagi kes-kes yang melibatkan penjawat awam yang masih belum diselesaikan.
Kita tidak mahu negara ini menjadi korup seperti Indonesia seperti yang digambarkan oleh penyair besar mereka, Taufiq Ismail di dalam puisi di bawah. Antara lain Taufiq telah menyatakan bahawa di Indonesia, hakim adalah akronim kepada 'hubungi aku kalau ingin menang'. Jika SPRM terus efisien dan cekap begini, kita akan terus menjerit 'bravo' kepada mereka, tetapi dalam masa yang sama, kita tidak mahu dan kita tidak rela suruhanjaya ini dipanggil 'SPRM The Bravo'.
Sesudah Seratus Tahun Membentang - Taufiq Ismail
Samudera waktu bersama kita pandang
Adalah sejarah yang membayang
Seratus tahun telah terbentang
Peristiwa demi peristiwa pergi dan datang menggelombang
Dalam skala besar dunia berperang dua kali
Dalam ukuran sedang dunia berperang berpuluh kali
Dalam ukuran kecil konflik berlangsung tak terhitung kali
Kolonialisme memuncak dan kolonialisme berguguran
Bangsa-bangsa tertindas merebut bendera kebebasan
Kita pancangkan Merah Putih itu dan dia berkibaran
Tampakkah olehmu di bawah sana
Rimba tiang dengan bendera dua warna berkibaran
Tampakkah olehmu sebentang poster
Sebuah negara baru saja merdeka
Tampakkah olehmu orang-orang menakik getah pohonnya
Menguliti dahannya, menumbuk akarnya,
Meremas ekstrak cairannya
Mengendapi simpul-simpul syaraf nasion
Membuat harmoni dalam komposisi
Merumuskan formula sebuah bangsa
Bertahun-tahun, berpuluh tahun lamanya
Berpuluh tahun kita mencari bentuk demokrasi
Yang tepat formatnya bagi kita serta serasi
Tetapi masih juga bablas di sana-sini
Berpuluh tahun hukum kita tegakkan agar kukuh berdiri
Tegak dengan lurus berakar ke dalam bumi
Tetapi betapa rumitnya meneguhkan ini
Selesai satu krisis muncul dua krisis lagi
Bencana sedang menimpa timbul bencana kedua
Betapa berat merawat dua ratus juta mulut yang menganga
Sembuh satu penyakit manusia meruyak penyakit hewan lagi
Mereda dua buah ekses timbul tiga ekses menanti
Sesudah gempa, tsunami, banjir air dan banjir lumpur menjadi-jadi
Beban hutang 1600 trilyun rupiahnya
Terbungkuk bahu kita dibuatnya.
Di negeri ini antara halal dan haram tak jelas batasnya lagi
Seperti membedakan warna benang putih dan benang hitam
Di hutan kelam
Jam satu malam
Kepemilikan tidak dihargai
Undang-undang, peraturan, prosedur diinjak dengan kaki
Tata-cara, etika, basa-basi apalagi
Semua harta dan benda di antara bumi dan angkasa dihabisi
Hutan, tambang, bumi, minyak, air, pasir,
Bank, bisnis, birokrasi,
Dihabisi.
Teringat kita, sebuah bendungan besar terban satu dasawarsa yang silam
Suaranya gemuruh menderu-deru ke seluruh penjuru
Membawa perubahan politik kenegaraan, berbagai aspeknya
Tetapi bersama jebolnya bendungan itu, ikut terbawa pula
Hanyutnya nilai-nilai luhur luar biasa tinggi harganya
Nilai keimanan, kejujuran, rasa malu, kerja keras, tenggang rasa
Pengorbanan, tanggung-jawab, kebersamaan, optimisma
Keberanian merubah nasib, ketertiban, pengendalian diri,
Penghargaan pada nyawa manusia.
Perilaku kita sebagai bangsa mulai berubah
Sedikit-sedikit tersinggung, teracung kepalan dan marah-marah
Lalu merusak, membakar dan menumpahkan darah
Berteriak dengan kata-kata sumpah serapah
Hati meradang, suara serak, mata pun merah
Sungguh sirna citra bangsa yang ramah-tamah
Kebringasan menggantikan senyum yang habis sudah
Ucapan keji mengganti kosa kata yang lembut dan lemah
Dalam sebuah adegan luar biasa kebalauan
Sesudah usai sidang, tegaklah hakim, jaksa, panitera dan pesakitan
Kemudian ketika yang dirugikan minta keadilan
Orang akan dihadapkan pada bursa penawaran
Penawaran jual beli keputusan pengadilan
Melalui jaringan mafia, calo, perantara dan petugas orang dalam
Sehingga bisa diatur keras lunaknya palu yang diketukkan
Karena "h-a-k-i-m, hubungi aku kalau ingin menang" ) begitu diucapkan
Demikian dilisankan
Demikian dalam kenyataan
Demikian dipraktekkan
Demikian kuasanya, tak tersentuh, tandus akal sehat dan nurani
Tiada kontrol, eksklusif tanpa investigasi
Bebas dari pengawasan eksternal, semakin menjadi-jadi
Ratusan triliun bila dirupiahkan, bangsa selama ini rugi.
Saudaraku
Masih adakah kiranya harapan bagi kita, manusia
Masih adakah?
Dengan lirih ada yang berkata
Mudah-mudahan, barangkali masih ada
Karena di bawah mendung yang berat menggantung
Ada tampak kecil seberkas cahaya
Karena ada bahagian tak tampak dari wajah bangsa
Tak disebut di koran, sosoknya tak tampak di media massa
Yang tetap bekerja keras melakukan tugasnya
Petani-petani di desa yang mensubsidi nasi orang kota
Buruh yang bergaji rendah tapi tetap saja bekerja
Guru-guru yang mengajarkan ilmu dengan setia
Birokrat yang bersih tak sudi diperciki noda
Penegak hukum yang masih rapi nuraninya
Bersahaja semua hidupnya, dalam warna sederhana
Negeri kita disayangi Tuhan adalah karena mereka
Karena doa dari rakyat yang melarat tak tampak wajahnya
Doa orang sakit yang terbaring di permukiman sederhana
Ditolak di rumah sakit karena tak kuat membayarnya
Doa 6 juta anak Indonesia yang ingin bersekolah juga
Doa 15 juta penganggur yang merindukan lapangan kerja
Merindukan pagi Indonesia bermandikan cahaya
Ketika orang-orang berkemas pergi bekerja
Ada yang bertani bercocok tanam
Ada yang berdagang memutar ekonomi
Ada yang mengajar menyampaikan ilmu
Ada yang merawat birokrasi menyelenggarakan pemerintahan
Ada yang kukuh menegakkan hukum dan keadilan.
Saudaraku,
Masih adakah kiranya harapan bagi kita, manusia
Mudah-mudahan masih ada
Ya, memang masih ada
Selepas seratus tahun bilangan masa
Mari kita berhenti menyalah-nyalahkan siapa
Dalam buku harian kita
Mari kita coret kata putus-asa
Dalam kamus bahasa kita
Karena kita akan bangkit bersama
Dengan kerja keras diiringi khusyuknya doa
Dari atas sampai ke bawah
Kerja keras, kerja keras, kerja keras semua
Kemudian berdoa, berdoa, berdoa semua
Berpeluh dalam kerja, menangis dalam doa
Semoga Indonesia kita
Tetap disayangiNya
Selalu dilindungiNya.