Wednesday, July 13, 2011

Rasuah

Satu cerita tentang Indonesia untuk dikongsi bersama. Dengan kenaikan kos sara hidup di negara kita sekarang, dan yang utamanya kurangnya integriti (dibaca sebagai iman) di kalangan masyarakat kita, sama ada penjawat awam atau swasta, tidak mustahil fenomena ini juga akan berlaku di Malaysia. Kita terlalu tidak jelas tentang definisi rasuah. Ada baiknya kita melihat kembali kepada hadis di bawah bagi memahami definisi rasuah..

'Nabi Muhamad s.a.w. bersabda kepada seorang gabenornya yang telah ditugaskan mengutip zakat kabilah Azad, maka apabila ia selesai kerjanya dan kembali berjumpa Nabi, lali ia menyimpan sebahagian dari wang yang dikutip sambil berkata: “ini untuk mu (bahagian untuk Islam) dan ini untuk ku yang diberikan sebagai hadiah (oleh orang ramai), maka Baginda murka sambil bersabda: “ketahuilah, pergilah kamu duduk di rumah bapa mu atau ibu mu, sehingga datang kepada mu hadiah mu, jika kamu benar-benar betul (layak mendapat hadiah)” – Riwayat Al-Bukhari & Muslim
........................................................................................................................................................................

Tidak biasanya, Presiden Partai Keadilan Sejahtera (PKS) Ir Tifatul Sembiring tidak mengucapkan pantun saat memberikan kata sambutan pada seminar politik yang dihadiri oleh Prof James Fox dari Australian National University dan Jakob Utama, tokoh pers, di Jakarta, Senin.

Tifatul justru menyampaikan sebuah lelucon yang menggambarkan potret masyarakat Indonesia, yang sampai kini masih menjadi permasalahan bangsa. Lelucon itu menceritakan dua orang yang sedang berdialog. Satu orang Eropa dan satunya, sudah tentu orang Indonesia.

Orang Indonesia bertanya pada orang Eropa, berapa gajimu dan untuk apa saja uang sejumlah itu?

Orang Eropa menjawab, "Gaji saya 3.000 Euro, 1.000 euro untuk tempat tinggal, 1.000 Euro untuk makan, 500 Euro untuk hiburan."

Lalu sisa 500 Euro untuk apa? tanya orang Indonesia.

Orang Eropa menjawab secara ketus, "Oh ... itu urusan saya, Anda tidak berhak bertanya!"

Kemudian orang Eropa berbalik bertanya. Kalau anda bagaimana?

"Gaji saya Rp950 ribu, Rp450 ribu untuk tempat tinggal, Rp350 ribu untukmakan,Rp250 ribu untuk transport, Rp200 ribu untuk sekolah anak, Rp200 ribu untuk bayar cicilan pinjaman, ... Rp100 ribu untuk....".

Penjelasan orang Indonesia terhenti karena orang Eropa menyetop penjelasan itu dan langsung bertanya."Uang itu jumlahnya sudah melampui gaji anda. Sisanya dari mana?" kata orang Eropa itu keheranan.

Kemudian, orang Indonesia itu menjawab dengan enteng," begini Mister, tentang uang yang kurang, itu urusan saya, anda tidak berhak bertanya-tanya,"

Spontan hadirin tertawa, termasuk Prof James Fox yang tertawa hingga terpingkal-pingkal.


Friday, July 8, 2011

Aku Orang Melayu

Saya baru saja selesai membaca buku 'Perihal Orang Melayu', satu terjemahan dari buku 'Malay Sketches' oleh Sir Frank Swettenham. Di antara petikan yang saya ingin kongsikan di sini ialah tentang penerangan Sir Frank Swettenham mengenai orang Melayu:

Orang Melayu biasanya bersifat baik hati, gerak gerinya sopan dan senang berbicara. Orang Melayu tidak pernah menikus, tetapi dengan orang yang tidak dikenalinya dia agak pendiam dan agak curiga, walaupun tidak ditunjukkannya. Dia seorang yang berani dan amanah dalam menjalankan tugas, tapi dia juga bersikap suka berbelanja, suka meminjam wang, dan lambat pula membayarnya balik. Dia petah bercakap, berkata-kata dengan kiasan dan ibarat, suka menggunakan peribahasa dan kata-kata pujangga, suka berkelakar dan suka benar dengan jenaka. Dia mengambil tahu hal ehwal jiran tetangganya, dan sebab itu kadang-kadang dia juga suka bercerita tentang hal orang. Dia memang semula jadinya suka bersukan, pandai menangkap dan menjinakkan gajah, nelayan yang mahir, dan sungguh cekap sekali dengan perahu. Tetapi yang terutama sekali, dia seorang yang agak konservatif, bangga dan cintakan tanah air dan rakyatnya, memuliakan adat resamnya, takut kepada rajanya, dan menghormati pihak berkuasa - tetapi ia mencurigai semua jenis pembaharuan dan akan menentang apa-apa jenis pembaharuan yang dipaksakan ke atasnya.

Orang Melayu pantang menerima sebarang penghinaan, padanya hal ini harus dihapuskan sekalipun dengan pertumpahan darah. Jika dia merasa maruahnya dicemarkan, sama ada hal itu betul atau tidak, dia menyimpan perasaan itu dalam hatinya sehingga dia betul-betul dihantui dengan niat untuk menuntut bela. Orang Melayu selalu dikatakan berperangai suka mengkhianat, tetapi saya tidak bersetuju, mungkin ada orang lain yang lebih bersifat begitu. Dia seorang yang bersopan dan dia mahu orang lain juga bersikap begitu terhadapnya dan dia tahu cuma satu sahaja cara untuk menebus malu jika dihina.

Kita adalah satu bangsa yang pernah menjadi agung di rantau sebelah sini. Banyak nilai-nilai positif yang kita miliki yang telah membantu kita menjadi agung. Malangnya kita sekarang menjadi begitu defensif dan seakan rela bila orang lain mengatakan kita bangsa yang 'malas, suka hiburan, tidak proaktif' dan macam-macam nilai negatif lain yang dicampakkan kepada kita. Dan kita pun menjadi rendah diri dan malu untuk bersaing dengan bangsa lain. Tiada orang yang boleh menjadikan kita rendah diri tanpa kerelaan kita sendiri (No one can you feel inferior without your consent).

Saya juga amat tertarik dengan bait akhir sajak oleh Dato' Abdul Aziz Deraman, yang mencadangkan kita kembali kepada Islam dalam usaha menjadikan kita agung kembali. Kita perlu kembali kepada punca yang menjadikan bangsa Melayu yang amat dihormati di rantau ini, iaitu Islam.

Bismillahirrahmanirrahim
Hai bangsaku aku tahukan asalmu
Ribuan tahun punya hak dan pertuanan di sini
Punya kekuatan punya peradaban
Punya kebenaran punya keagungan
Punya ketuhanan punya kebudayaan

Hai bangsaku aku tahukan asalmu
Akar jiwamu memegang darahku
Batang hatimu menjadi tubuhku
Daun aqalmu melitup zat dan sifatku,
Bangsaku jangan mengubah rupa
Bangsaku jangan meleka sambil melewa
Biarlah utuh diujian sepanjang masa

Hai bangsaku,
Seribu lupa selaksa sedar
Tawarlah segala yang lupa
Dari hikmatan kebendaan dan kepuraan
Dari hikmatan peniruan dan kesesatan
Tawar sekali dari bisa onar dan kemusnahan,
Jika bisa pada jiwa tawar pada hati
Bisa pada aqal tawar pada aqal
Tawarlah pada segala wujud keperibadian kita
Pulang pulih seperti keadaan asal

Hai bangsaku aku tahu usulmu
Jatuh di segala ceruk rantau alam ini
Jatuh di utara jatuh di selatan
Jatuh di timur jatuh di barat,
Janganlah pula duduk tunggu, jaga mengilas siku.

Hai bangsaku,
Aku mintamu pindah balik segala kekuatan
Segala peradaban, segala kebenaran
Segala keagungan dan segala-galanya
Memulia dan meneruskan kegemilangan

Biarlah utuh diuji zaman-berzaman
Itulah asalmu tapakmu bersenang
Masa kini dan akan datang,
Aku hendak minta kepadamu
Pulang pulih seperti keadaan asal
Sebab, belum cukup belum genap belum sampai ajal
Bukan kuasa aku tapi dengan kuasa Allah
Berkat kita kata: Lailaha illallah Muhammadar Rasulullah


 

blogger widget
Touchsmart PC